Analisa Senyawa Logam Dalam Air
MAKALAH
ANALISA
MAKANAN DAN MINUMAN
“ANALISA
SENYAWA LOGAM DALAM AIR”
Disusun Oleh :
Milu Asri Riya (30214019)
Nuryana Y. Tantika (30214006)
PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah Analisa Makanan dan Minuman ini
dengan lancar. Adapun makalah Analisa Makanan dan Minuman ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak dan sumber-sumber terpercaya. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Namun tidak lepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa terdapat kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan
saran kepada pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki makalah Analisa Makanan dan Minuman ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan
semoga dari makalah Analisa
kosalkes ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi dan referensi terhadap pembaca.
Kediri, Oktober 2016
Penyusun
PENDAHULUAN
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup
di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup baik
tumbuhan maupun hewan sebagian besar tersusun oleh air, dimana sel tumbuhan
mengandung lebih dari 75% air dan di dalam sel hewan mengandung lebih dari 67%
air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat dan
tiap tingkatan kehidupan
Pengadaan air bersih untuk
kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia.
Dalam hal ini persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002, dimana setiap komponen yang dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan. Air minum selain merupakan kebutuhan esensial, namun juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, keracunan dan sebagainya (Widyanti,
2004).
Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan
anorganik. Mineral anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain
mengandung unsur seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb),
alumunium (Al) dan sebagainya. Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka
di perkotaan. Sungai-sungai maupun air tanah yang menjadi sumbernya sudah
tercemar berbagai macam limbah, baik dari rumah tangga hingga limbah beracun
dari industri. Air minum isi ulang menjadi
jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan
produknya. Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawasan Obat
dan Makanan ( BPOM ) atas kualitas depot air minum isi ulang di Jakarata
menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah sampel air
minum isi ulang (Widyanti, 2004).
Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis
ingin membahas tentang teknik analisa kadar mineral besi
(Fe), seng (Zn), Timbal (Pb), mangan (Mn), kadmium (Cd), dan
Tembaga (Cu) pada air minum agar air minum dapat memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
1. Apa yang
dimaksud dengan logam berat ?
2. Apa saja
logam berat yang mungkin terkandung dalam air ?
3. Bagaimana
cara analisis logam berat dalam air ?
1. Mengetahui
dan memahami pengertian logam berat.
2. Mengetahui
dan memahami logam berat yang mungkin terkandung dalam air.
3. Mengetahui
dan memahami cara analisis logam berat dalam air.
PEMBAHASAN
A. Air
Air merupakan suatu senyawa kimia yang paling dikenal dan banyak terdapat
di bumi. Suatu molekul air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kehidupan. Sifat yang
sangat penting bagi kehidupan antara lain kemampuannya melarutkan berbagai
vitamin, mineral, dan zat lain yang diperlukan oleh makhluk hidup (Hartono,
1990). Bila badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan
diketahui bahwa kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang
dewasa. Setiap hari sekitar 2,5 liter harus diganti dengan air yang baru.
Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal
dari air minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi
(Winarno, 1997).
Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan langsung dapat diminum. Jenis air
minum meliputi :
1.
Air minum yang didistribusikan malalui pipa untuk
keperluan rumah tangga.
2.
Air yang didistribusikan melalui tangki air.
3.
Air kemasan.
4.
Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan
minuman yang disajikan kepada masyarakat (Depkes RI, 2002).
Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan
anorganik. Mineral anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain
mengandung unsur seperti kalsium karbonat (CaCO3), besi (Fe), mangan
(Mn), seng (Zn), timbal (Pb), alumunium (Al), merkuri (Hg), atau bahan-bahan
kimia hasil dari resapan tanah dan lain sebagainya. Seperti kita ketahui bahwa
setiap unsur tersebut mempunyai berat jenis dan bahan kimiawi yang bilamana
terkonsumsi akan dapat menumpuk pada tubuh manusia, sehingga lama-kelamaan akan
dapat merusak tubuh kita terutama pada pada bagian ginjal dan hati, dimana
kedua organ tersebut berfungsi sebagai filter bagi tubuh.
Logam
dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut,
walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam,
baik logam ringan maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit dalam air.
Beberapa logam itu bersifat esensial dan sangat dibutuhkan dalam proses
kehidupan, misalnya kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) yang merupakan
logam ringan berguna untuk pembentukan kutikula/sisik pada ikan dan udang.
Sedangkan tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) merupakan logam berat yang
sangat bermanfaat dalam pembentukan haemosianin dalam system darah dan
enzimatik pada hewan air tersebut. Logam didalam air, baik logam ringan maupun
logam berat jarang sekali berbentuk atom tersendiri, tetapi biasanya terikat
oleh senyawa lain sehingga berbentuk molekul. Logam berat seperti Cu, Mn dan Zn
diserap oleh tubuh hewan air, kebanyakan dalam bentuk ion.
1. Besi (Fe)
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat
di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi
yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+.
Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau
kation ferri (Fe3+). Konsentrasi besi terlarut yang masih
diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai 0,3 mg/L.
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi untuk
produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya
sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan
menimbulkan anemia. Zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan, hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat
mengekskresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat transfusi darah
kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam
dosis besar dapat merusak dinding usus.
Seng merupakan kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme
asam nukleat dan sintesis protein. Mineral ini diperlukan untuk pertumbuhan,
fungsi dan maturasi alat kelamin, nafsu makan dan penyembuhan luka. Dalam tubuh
manusia terkandung 2 gram zink, terutama terdapat pada rambut, tulang, mata,
dan kelenjar alat kelamin pria. Zn mempunyai batas keamanan yang relatif lebar.
Asupan Zn yang berlebih menyebabkan defisiensi Cu besi, karena dapat
mempengaruhi absorpsi dan penggunaannya serta
dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala,
menggigil, demam, dan nyeri abdomen (Gunawan, 2009).
Mineral ini terdapat pada mitokondria sel terutama pada kelenjar hipofisis,
hati, pancreas, ginjal dan tulang. Mangan mempengaruhi sintesis polisakarida,
menstimulasi sintesis kolesterol hati dan asam lemak, dan merupakan kofaktor
banyak enzim seperti arginase dan alkali fosfatase di hati. Apabila kadar Mn
melebihi batas yang ditetapkan pada air minum akan menimbulkan rasa aneh pada
minuman dan dapat menyebabkan kerusakan
pada hati (Gunawan, 2009).
Timbal (Pb) merupakan
logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh
manusia sehingga bahayanya terhadap tubuh semakin meningkat. Timbal (Pb) tidak
larut dalam air, kadar maksimum timbal (Pb) yang diperkenenkan pada air adalah
0,005 mg/L (Depkes, 2002). Dalam jangka lama timbal (Pb) terakumulasi pada
gigi, gusi dan tulang. Jika konsentrasi timbal (Pb) meningkat, akan terjadi
anemia dan kerusakan fungsi otak serta kegagalan fungsi ginjal sedangkan
keracunan timbal (Pb) pada orang dewasa ditandai dengan gejala seperti pucat,
sakit dan kelumpuhan.
Logam kadmium (Cd) dikenal
sebagai logam beracun setelah logam merkuri. Logam tersebut masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pencernaan dan pernafasan. Kadmium dapat terakumulasi
dalam tubuh khususnya hati dan ginjal.
Tembaga
(Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Sebagai logam
berat, Cu berbeda dengan logam-logam berat lainnya. Cu digolongkan kedalam logam
berat esensial, artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur logam
ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. tembaga berperan
penting untuk pembuatan sel darah merah, pelepasan zat besi dari jaringan,
pembuatan tulang dan syaraf sentral serta jaringan pengikat yang lain Keracunan
tembaga jarang dijumpai karena sifat emetik Cu sangat tinggi sehingga terjadi
muntah untuk mengeluarkan Cu yang berlebihan. Tembaga yang mengenai kulit atau
mata akan menyebabkan reaksi radang. Kelebihan tembaga dalam air dapat terjadi
melalui pipa (terjadi korosi) dan alat-alat dapur.
Teknik analisa dari spektrofotometer serapan atom (SSA) pertama kali
diperkenalkan oleh Welsh (Australia ) pada tahun 1955. Metode ini berkembang
dengan pesat dan merupakan metode yang populer untuk analisa logam karena
disamping relatif sederhana metode ini juga selektif dan sangat sensitif.
Spektrofotometer serapan atom telah digunakan untuk penetapan sebanyak lebih
kurang 70 unsur. Penggunaannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensik
material, makanan dan minuman, air termasuk air buangan, tanah, tanaman,
pupuk, besi, baja, logam campur, mineral, hasil-hasil minyak bumi, farmasi dan
kosmetik (Harmita, 2006).
Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu
atom pada keadaan dasar dinaikkan
tingkat energinya ke tingkat eksitasi
(Khopkar, 1990).
a. Penyiapan Sampel
Masing-masing sampel diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalam beker glass
kemudian ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5 mL, kemudian dipanaskan
di atas hot plate hingga sampel
tersisa + 20 mL. Kemudian sampel didinginkan dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 50 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 50 mL, homogenkan.
b. Pembuatan Larutan Standar (Fe, Zn, Mn, Pb, Cd, Cu)
c. Pengukuran Serapan Deretan Larutan Standar dan Sampel
dengan Spektrofotometer Serapan Atom
Terlebih
dahulu hidupkan alat, lalu pasang lampu katode Fe untuk penentuan kadar Fe
(besi), lampu katode Zn untuk penentuan kadar Zn (seng) dan lampu katode Mn untuk
penentuan kadar Mn (mangan), lampu katode Pb untuk penentuan kadar Pb, lampu
katode Cd untuk penentuan kadar Cd, dan lampu katode Cu untuk penentuan kadar
Cu. Kemudian diatur serapan maksimumnya pada panjang gelombang 248,3 nm untuk
Fe; 213,9 nm untuk Zn, 279,5 nm untuk Mn, 283,0 nm untuk Pb,
228,8 nm untuk Cd, dan 324,8 nm untuk Cu. Selanjutnya set zero alat dengan
menggunakan larutan blanko aquadest (0 mg/L). Ukur absorban masing-masing
larutan standar Fe, Zn, Mn, Pb, Cd, dan Cu mulai dari konsentrasi
terendah sampai konsentrasi tertinggi, kemudian ukur absorban
sampel.
Masukkan 5ml sampel ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 1ml larutan Na2S 10% b/v (berat per volum), kocok dan amati.
Apabila terjadi kekeruhan berarti mengandung logam.
a. Analisa
kualitatif (Pb), Masukkan 5 ml sampel dalam tabung
reaksi, atur pH 8,5 dengan penambahan NH4OH 1N, tambah kristal KCN, tambahkan
5ml larutan ditizon 0,005% b/v, kocok kuat, biarkan lapisan memisah lalu amati,
apabila terbentuk warna merah tua berarti sampel mengandung Pb.
b. Analisa
kualitatif (Cd) Masukkan 5 ml sampel dalam tabung
reaksi, atur pH 6,5 dengan penambahan NH4OH 1N, tambahkan 5ml larutan ditizon
0,005% b/v, kocok dan biarkan lapisan memisah lalu amati, apabila terbentuk
warna merah muda berarti sampel mengandung Cd.
c. Analisa
kualitatif (Cu), Masukkan 5 ml sampel ke dalam tabung
reaksi, tambahkan larutan NaOH 1N hingga pH 3.5, tambahkan 5ml larutan ditizon
0,005% b/v, kocok, apabila terbentuk warna ungu berarti sampel mengandung Cu.
d.
Analisa kualitatif (Zn) Masukkan
5 ml sampel ke dalam tabung reaksi, tambahkan larutan NaOH 1N hingga pH netral
(pH 7), tambahkan 5ml larutan ditizon 0,005% b/v, kocok, terbentuk warna merah
berarti sampel mengandung Zn.
Logam
dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut,
walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam,
baik logam ringan maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit dalam air.
Beberapa contoh logam berat yaitu tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), Besi
(Fe), Kadmium (Cd), dan Timbal (Pb). Analisa logam berat terdiri dari analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif menggunakan reaksi warna
dan analisa kuantitatif menggunakan SSA (Spektrofotometri Serapan Atom).
Pada penyusunan makalah selanjutnya
diharapkan lebih membahas secara spesifik lagi tentang analisa senyawa logam
dalam air ini.
Departemen Kesehatan RI. ( 2002 ). Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 492/ Menkes/SK/ IV/ 2010 Tentang Syarat –
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Pusat
Laboratorium Kesehatan Depkes Republik Indonesia.
Gunawan, S.G. (2009). Farmakologi dan Terapi Ed 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Harmita. (2006). Analisis
Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta: Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
Khopkar. (1990).
Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi Kesehatan, Volume
3,1,64-73.
Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar