Kebahagiaan Tidak Diukur Dari Postingan

 

Kebahagiaan Tidak Diukur Dari Postingan


(Milu Asri Riya, Februari 2021)

Media sosial dewasa ini seakan-akan menjadi kebutuhan pokok para penggunanya. Dari kita membuka mata pagi hari sampai malam hari kita mau merem lagi, pasti tak luput dari telepon genggam kita, entah sekedar cek apakah ada pesan masuk di whatsapp ataupun cek viewers postingan terakhir kita. Tak dapat dipungkiri memang, sosial media banyak memberikan andil cukup besar bagi kehidupan serba internet seperti sekarang ini. Apalagi sejak diberlakukannya sistem pembelajaran daring from home, internet berkontribusi sangat besar untuk kelancaran kegiatan belajar dan mengajar.

Youtube, instagram, twitter, bahkan sekarang Tiktok banyak digandrungi oleh para milenials sekarang ini. Sebuah platform yang menurutku isinya orang nyanyi-nyanyi dan joget-joget ini seakan-akan telah menguasai platform sosial media lain. Bagaimana tidak, buka instagram isinya orang tiktokan, buka youtube iklannya juga tiktok, sampek lagu lawas pun mendadak viral kembali ya gara-gara Tiktok ini. Seakan memang sedang naik daun, barusan aku buka instagram, ternyata si Tiktok ini juga mengadakan suatu acara penghargaan atau Tiktok Awards untuk pengguna setianya yang dinilai kreatif, inovatif, dan edukatif.

Memang tak bisa dipungkiri, segala sesuatu pasti ada plus minusnya. Bagi mereka yang gak terlalu suka joget-joget ataupun nyanyi-nyanyi pasti menilai platform ini kurang menarik, tapi lain halnya bagi seorang content creator, platform ini menjadi wadah yang tepat untuk mengeksplor karya-karya nya.

Oke baiklah. Sampai disini dulu kita bahas tiktoknya. Mari kita bahas yang lain. Tapi masih berhubungan juga dengan media sosial ataupun dunia maya. Disini aku ingin membahas tentang suatu kalimat yang mungkin banyak orang telah sering mereka ucapkan. “Kehidupan dunia maya kadang tak sesuai dengan kenyataannya”. Apa yang diposting baik, belum tentu nyatanya seperti itu. Ya memang kodratnya setiap orang pasti yang dipublish yang baik-baiknya saja. Memilah-milah mana yang pantas untuk diposting, mana yang cukup untuk konsumsi pribadi saja. Begitupun juga aku pun seperti itu.

Mari kita flashback sejenak tentang kasus perceraian Gisell-Gading yang cukup ramai diperbincangkan dan juga banyak yang menyayangkan perpisahan keduanya. Orang-orang atau para netijen selama ini melihat bahwa keluarga keduanya sangat harmonis serta digadang-gadang sebagai couple goals oleh banyak masyarakat. Kenyataanya konfirmasi dari keduanya bahwa mereka sudah merasa tidak cocok satu sama lain. Seakan-akan ini menunjukkan kembali bahwa, apa yang ada di postingan media sosial belum tentu sesuai 100% dengan real life yang mereka alami. Selain itu belum lama ini juga terdengar berita kasus perceraian Nindy dan suaminya. Sama halnya dengan GG couple, mereka berdua terlihat mesra dan harmonis di postingan media sosial masing-masing.

Hmm mari tarik nafas sejenak. Dari contoh kedua kasus tersebut sebenarnya ada value yang bisa kita ambil. Jika selama ini mungkin sebagian dari kita merasa minder atau insecure jika melihat teman kita ataupun orang lain yang sering posting kehidupan mewahnya, posting liburan bareng pasangannya, makan enak di suatu restoran, belanja barang-barang branded, ada baiknya kita cukup tanamkan dari dalam diri kita bahwa memang setiap orang memiliki kehidupannya masing-masing, syarat bahagianya masing-masing, rasa ingin memuaskan dirinya dengan caranya masing-masing. Yang harus kita lakukan adalah fokus dengan apa yang kita lakukan dan tetap menjadi diri kita sendiri di dunia nyata. Mulai untuk tidak memperdulikan semua yang dilakukan orang-orang di dunia maya. Biarlah mereka dengan kehidupan mereka sendiri. Dan kita dengan kehidupan kita sendiri. Kita posting sesuatu anggap untuk membuat diri kita senang, bukan untuk menyenangkan orang.

“A person's happiness is not measured by each of his media social posts

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merasa Asing di Rumah Sendiri

Pengemulsi, Pengental, dan Pemantap

Halo! Ada yang Mampir Lagi Nih!